Di Pinggiran Lampu Merah
anak itu terlihat berbeda, pandangan matanya tak fokus, tubuhnya terlihat lemah, kurus dan tak terawat. apakah dia kekurangan gizi? sakit? pura-pura? mengapa seperti itu? berbagai pertanyaan mendadak memenuhi pikiranku. sebenarnya kalau mau, aku bisa aja bersikap angkuh terhadap mereka. tapi sungguh, saat itu yang tergambar dalam hatiku hanyalah anakku sendiri. alhamdulillah ya Allah, kau masih memberikan kesehatan kepada diriku. keluargaku. Kau berikan kepada kami pekerjaan layak. Kau muliakan kami. alhamdulillah.....
anganku senyap seketika saat terdengar klakson mobil, lampu hijau. pelan-pelan roda motorku berjalan, namun pikiranku masih menyambangi si Ibu dan anaknya yang malang. meski denyutan pertanyaan dan dugaan negatif akan mereka masih ada, namun ku tepis jauh-jauh. Apa harus pertimbangan jauh untuk membantuk orang? ah, apapun niat mereka, menipu, jujur, atau apapun aku tak peduli. aku harus membantu mereka.
pelan tapi pasti sepedaku melaju menjauh. namun dalam hati tetap ku tancapkan niat, seberapapun aku harus sedekah kepada mereka.
Urusanku sudah selesai. aku mengambil jalan memutar, kembali ke tempat di mana si Ibu dan anaknya berada. semoga masih ada, aku berharap cemas. inilah kesempatanku beribadah. meski tak seberapa nilainya. alhamdulillah masih ada. kuhampiri dan kejulurkan tangan dengan dua lembar uang kertas lima ribuan. "Ini bu, sedikit !". dengan nada merendah dan gembira si Ibu menjawab," Terima kasih nak, lancar, lancar, lancar ya....!". Amin. amin. amin.
pertanyaan:
- benarkan mereka terorganisir?
- Bagaimana membuat mereka berdaya secara ekonomi?
semoga Allah selalu menempatkan kasih sayang-NYa dalam hati kita, sehingga dunia ini pun akan penuh dengan kasih sayang dan cinta. bersyukur dan selalu taat kepada-NYa. amin
0 comments:
Post a Comment