Showing posts with label resensi. Show all posts
Showing posts with label resensi. Show all posts

Buku Burung-burung Cakrawala Karya Mochtar Pabottingi

Burung burung Cakrawala
Sampul buku Burung burung Cakrawala
Apa kabar para tukan download ebook gratis, sudah lama sekali blog ini tidak diupdate. Kali ini kami hanya ingin berbagi informasi tentang sebuah buku yang tentunya wajib anda miliki. Buku berjudul Burung-burung Cakrawala yang ditulis oleh Mochtar Pabottingi.

Buku Burung-burung Cakrawala ini terbilang segar karena baru saja terbit pada tanggal 17 Januari lalu. Beberapa hari setelah terbit, buku ini kemudian banyak direkomendasikan sebaai bacaan segar oleh tokoh-tokoh yang populer.

Buku setebal 400 halaman ini mengisahkan Kisah sejati yang merupakan kesaksian kaya, hidup, dan orisinal tentang apa arti dan fungsi Tanah Air serta kemerdekaan bagi seorang anak desa. Seperti sejumlah anak serupa, dia kemudian bertumbuh menjadi manusia yang jiwa dan badannya terbangun mengikuti citra diri dan impian Para Pendiri Bangsa-deretan eksemplar burung–burung pelintas benua, penjelajah cakrawala.

Sebagai narasi diri, ini adalah rekaman tangan pertama si anak desa tentang bagaimana dia menjadi sembari sekaligus memotret masyarakat bangsanya dan masyarakat mancanegara lewat kota-kota di mana dia berkiprah selama tiga zaman. Di saat terbang lintas benua menjelajah lapis-lapis cakrawala, dia pun bercinta serta bersaksi cerdas tentang masa dan dunianya, tentang impian-impian pribadi dan ideal-ideal berbangsa yang terus dijunjungnya. “Indonesia tak pernah bisa dipisahkan dari ketercerahan cakrawala.”

“Ada irama yang indah dari penulisan buku ini, yang membuat saya tidak ingin berhenti membuka halaman demi halaman di dalamnya. Saya menemukan cerita jenaka orang kampung Indonesia. Juga terperangah akan kecerdasan buah-buah pikiran serta tingginya integritas penulisnya sebagai seorang intelektual.”
—Riri Riza, sutradara film

Selamat berburu !! ;)

resensi


Keuangan Syari’ah Pondasi Perekonomian Dunia

Judul Buku   : Pengantar Keuangan Islam
Penulis           : Zamir Iqbal dan Abbaz Mirakhor
Penerbit         : Kencana
Tebal Buku   : viii, 416 Halaman
Cetakan         : I, September 2008
Peresensi      : M. Fais0l
Ekonomi merupakan salah satu bagian vital yang tidak terlepas dari masyarakat dalam aktivitas sehari-hari. Sampai sekarang keadaan ekonomi Negara kita masih diambang kemajuan yang semakin membaik dilihat dari sisi perhitungan angka dan data statistik. Namun hal ini tidak menutup mata kalau semua itu belum berdampak pada kesejahteraan masyarakat sebagai prioritas pemerintah.
Dimana-mana banyak pengangguran, rakyat miskin yang terlantar dan konflik akibat masalah ekonomi. Selain itu juga, banyaknya penyelewengan yang terjadi diantara pejabat kita baik di tataran pemerintahan sampai tataran paling bawah. Demikian yang membuat perekonomian kita semakin tidak menjanjikan dengan sistem keuangan yang masih berbasis ala barat yaitu konvensional.
Dampak krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 juga merupakan salah satu indikasi dari ambuknya sistem keuangan dunia khususnya di Amerika Serikat. Sistem keuangan konvensional akhir-akhir ini menimbulkan banyak pertanyaan dan pertimbangan di dunia komersial, walaupun masih banyak diantara mereka yang tetap dengan prinsipnya mengagumi dan mempertahankan sistem keuangan konvensional sebagai acuan utama. Semua permasalahan tersebut terjawab dengan munculnya sistem keuangan Islam di abad modern yang terbukti mengatasi adanya krisis ekonomi dunia dan sistem ekonomi Islam-lah yang tetap bertahan bahkan menghasilkan laba terbesar.
Uraian diatas memberikan konspirasi pada peresensi untuk mengupas dan meresensi buku yang berjudul Pengantar Keuangan Islam Teori dan Praktik, yang ditulis oleh Zamir Iqbal. Dalam buku ini penulis memaparkan bagaimana awal munculnya sistem keuangan Islam di tengah-tengah sistem keuangan konvensional yang menjamur di belahan dunia dengan prinsip dan etika mu’amalah yang diterapkan oleh Islam berdasarkan konsep syari’ah. Dimana konsep tersebut tidak lain bersumber dari nash al-Qur’an, al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas serta Ijtihad semampang berada dalam koredor syari’ah Islam yang hakiki. Secara definitif sistem ekonomi Islam sendiri tidak banyak pengertian oleh penulis hanya diambil satu desinisi saja dengan maksud  mempermudah dalam memberikan pengertian pada pembaca.
Sistem ekonomi Islam yang dibahas dalam buku ini juga tidak terlepas dari unsur-unsur mu’amalah seperti jual beli, penanaman modal, dan dunia perbankan. Demikian Zamir Iqbal memberikan penjelasan satu persatu supaya pembaca mengerti dan paham lebih jelas tentang sistem ekonomi Islam yang sebenarnya. Hal ini dipaparkan karena mu’amalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari perilaku dan konsep ekonomi Islam itu sendiri.
Masalah permodalan, perbankan dan sejenisnya diterangkan secara rinci khususnya yang berkaitan dengan riba. Kata riba selalu menjadi topik permasalahan dalam sistem keuangan Islam dan sistem keuangan konvensional maka, perbedaan yang terdapat pada sistem ekonomi Islam dan konvensional menjadi fokus utamanya supaya pembaca lebih paham akan konsep riba dalam sebuah mu’amalah khususnya di dunia perbankan. sebab banyak orang yang salah tanggap tentang pengertian riba itu sendiri. Riba dan jenis-jenisnya tidak lepas juga dari pembahasan dalam buku ini.
Bagian akhir buku, penulis memberikan alternatif kepada pembaca yang budiman tentang tantangan ekonomi Islam dalam dimensi globalisasi sehingga ekonomi Islam selalu digarda paling depan dalam suatu sistem perekonomian. Hal ini merupakan pesan penulis bagi pembaca untuk selalu menjaga konsistensi dan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Adapun pemikiran yang perlu dilakukan adalah memperbaiki ekonomi Islam, adanya kepercayaan, institusi dan perkembangan ekonomi, dan munculnya sistem financial berbagai resiko. Semua itu dibahas secara tuntas.
Buku berjudul Pengantar Keuangan Islam yang ditulis oleh Zamir Ikbal merupakan buku refrensi bagi seorang ekomom pemula khususnya mahasiswa yang mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi di bidang ekonomi. Buku ini membantu untuk memperdalam pengetahuan pembaca tentang seluk-beluk sistem ekonomi Islam. Pembaca diharapkan tidak hanya mengetahui secara teoritis melainkan dapat mengimplementasikan secara praktik dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam buku ini peresenti menemukan beberapa kelemahan pertama, untuk suatu pengantar buku ini terlaku tinggi pembahasannya, gaya bahasa yang sulit dipahami, dan lain-lain. Adapun kelebihannya adalah penulis memberikan pembahasan yang mengalir dari pokok permasalahan, menjelaskan secara terperinci dan jelas, dan memberikan beberapa alternatif atau solusi dalam sebuah permasalahan serta dianjurkan untuk memngimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
(mfa/03)

Saga no Gabai Bachan (Nenek Hebat dari Saga)

Saga no Gabai Bachan
Saga no Gabai Bachan karya Yoshichi Shimada
Jangan bicara sedih di malam hari.
Kisah sulit bila dibicarakan siang hari, tidak akan begitu sulit.
Saga no Gabai Bachan diangkat dari kisah nyata ini mengambil setting kondisi Hiroshima pasca PD II. Perang memang mengakibatkan kesengsaraan dan kemiskinan bagi banyak orang termasuk seorang anak (Akihiro) yang harus kehilangan ayahnya yang terkena radiasi bom nuklir. Si ibu yang harus bekerja keras dari pagi hingga malam memutuskan untuk mengirim anaknya ke rumah neneknya.

Memang, hidup Akihiro dan nenek di Saga susah. Untuk makan sehari-hari pun sulit. Tapi kehidupan di Saga tidak menyuramkan apalagi mimpi buruk seperti yang dibayangkan Akihiro. Akihiro justru kagum, belajar banyak, dan menikmati cara hidup serta pribadi neneknya yang tegar dan selalu ceria, “Kau ini bicara apa? Ada dua jalan buat orang miskin: miskin muram dan miskin ceria. Kita ini miskin yang ceria. Selain itu, karena bukan baru-baru ini saja menjadi miskin, kita tidak perlu cemas. Tetaplah percaya diri.” Itu jawaban saat Akihiro bilang suatu saat ia ingin kaya.

Lanjutannya adalah filosofi hidup, “Pertama, jadi orang kaya itu susah. Selalu makan enak, selalu bepergian, hidupnya selalu sibuk. Dan karena selalu berpakaian bagus saat bepergian, bahkan di saat jatuh pun harus tetap memerhatikan cara jatuh mereka. Sedangkan orang miskin sejak awal kan selalu mengenakan pakaian kotor. Entah itu saat hujan, saat harus duduk di tanah, mau jatuh, ya bebas, tedrserah saja. Untung kita miskin!”

Di kampung yang serba terbatas inilah Akihiro mendapatkan pengalaman berharga bagaimana neneknya dengan ratusan akal cerdiknya menyiasati kemiskinan. Bisa kita bayangkan seorang nenek memasan jala di sungai untuk mendapatkan berbagai macam barang dan bahan makanan dan barang yang hanyut dari hulu mulai dari lobak, wortel, apel hingga sandal. Atau akal cerdiknya mengikatkan magnet dengan seutas tali ke punggungnya sehingga ia bisa bisa mengikat paku-paku atau serbuk besi yang kemudian ia jual ke toko daur ulang.

Bukan hanya dalam hal mendapatkan barang dan makanan mereka bersiasat. Dalam menghadapi berbagai kesulitan pun mereka masih bisa berkelit, melihat sisi baiknya atau minimal menertawakan kemiskinan mereka.Sulit memang tapi menarik dan mengasyikkan.

Judul : Saga No Gabai Bachan (Nenek Hebat dari Saga)
Penulis : Yosichi Shimada
Koord. Penerjemah : Mikihiro Moriyama
Penerjemah : Indah S. Pratidina
Penerbit : Kansha Books
Cetakan : I, April 2011
Tebal : 245 hlm.

Resensi Buku Perfume; The Story Of an Exotic Murderer

Perfume - The Story Of an Exotic Murderer
Perfume - The Story Of an Exotic Murderer
Perfume – The Story Of an Exotic Murderer, menceritakan tentang seorang tokoh berrnama Jean-Baptiste Grenouille yang lahir tanpa bau tubuh namun mempunyai indera penciuman yang sangat tajam dan luar biasa. Setting diambil di kota Prancis di abad ke-18 dimana saat itu orang-orang tidak mempedulikan kebersihan sehingga penyakit pun mudah menjangkiti.

Grenouille lahir dari seorang ibu tanpa seorang suami. Ia ditinggalkan begitu saja oleh ibunya karena memang ibunya mengalami gangguan jiwa. Setelah itu ia dirawat di sebuah panti asuhan hingga usia remaja. Saat remaja ia dijadikan budak seorang penyamak kulit hingga beberapa tahun.

Grenouille menyadari bahwa ia dianugrahi indera penciuman yang sangat tajam, ia mampu memilah-milah bau mulai dari bau kayu, bunga, manusia, hingga seluruh bau-bau yang ada di dunia. Ia sangat mengagumi seluruh bau yang ada di dunia ini oleh karena itu, ia bekerja pada seorang pengusaha parfum yang terkenal se-Prancis saat itu. Dari seorang ahli parfum ternama, ia mewarisi seni meramu berbagai minyak dan tumbuhan.

Namun, bakat Grenouille terlalu berlebihan. Suatu hari, ia mencium bau yang sangat mempesona namun bau tersebut sangatlah jarang ditemui, ternyata bau itu adalah bau seorang gadis perawan yang mampu tercium oleh hidung Grenouille. Bau tersebut membuatnya mabuk kepayang sehingga terlintaslah dalam pikirannya untuk menciptakan parfum terbaik bearoma perawan.

Novel Perfume adalah kisah yang memikat tentang pembunuhan dan “kegeniusan yang menyimpang”. Novel bestseller yang sensasional ini membangkitkan rasa penasaran yang menakutkan tentang apa yang terjadi ketika bakat, hasrat, dan kecenderungan akan aroma tubuh mengubahnya menjadi seorang pembunuh genius.

Akhirnya setelah terpikat pada aroma perawan seorang gadis berambut merah dan membunuhnya untuk menghirup aroma perawan itu. Grenouille berambisi untuk menciptakan parfum beraroma perawan.

Akan tetapi, untuk meramu parfum yang ia cita-citakan itu, Grenouille tak hanya butuh aroma satu perawan, melainkan 25 perawan. Dua puluh empat perawan sudah ia bunuh, tinggal perawan berambut pirang Laure yang harus ia tunggu sampai berumur 16 tahun. Tapi gadis itu dijaga ketat oleh sang ayah. Bagaimana kelanjutannya? Silakan anda membaca sendiri.

Resensi Buku The Book With no Name

The Book With no Name
The Book With No Name
Novel The Book With no Name, dengan penulis Anonymous ini menceritakan sebuah kota dengan nama Santa Mondega, yang dalam Novel ini tidak akan mungkin ditemukan disebuah peta karena kota ini memiliki banyak misteri.

Ada sebuah batu yang hilang dari Biara Hubal, nama batunya adalah Mata Rembulan, batu ini konon memliki kekuatan mistis yang bisa mengakibatkan kejahatan. Nah ditusulah dua orang biarawan dari Biara Hubal, dua orang biarawan ini harus menemukan Batu mistis itu dan membawanya kembali ke biara hubal, sebelum kegelapan menyelimuti seluruh kota ketika gerhana telah tiba.

Sayangnya, batu itu juga menjadi rebutan banyak orang. Harganya yang sangat besar menjadikan batu itu sering berpindah tangan dari satu pembunuh ke pembunuh keji yang lain. 5 Tahun lalu, ketika terjadi gerhana, di Santa Mondega ada pembunuhan besar-besaran. Sang pemuda yang dikenal sebagai Bocah Bourbon memiliki tingkat kebrutalan yang luar biasa dalam pencariannya akan Mata Rembulan. Setelah pembunuhan keji yang ia lakukan, kabarnya Bocah itu telah mati, atau hilang. Tapi jangan percaya, sebab menjelang gerhana tahun ini, Bocah Pembunuh itu kembali lagi.

Nah, di perpustakaan Santa Mondega juga ada sebuah buku yang nggak ada judul dan nama pengarangnya. Sialnya, setiap orang yang pernah baca buku itu selalu dibantai. Polisi juga sudah mulai mengaitkan berbagai macam pembunuhan ini dengan kehadiran Bocah Bourbon, tapi sepertinya mereka juga takut terhadap Bocah Bourbon yang telah kembali itu. Lalu siapa yang berhasil memiliki Mata Rembulan? Lalu kenapa Bocah Bourbon itu hanya muncul setiap akan ada gerhana?

Seperti kata diatas, buku ini pantas dijadikan Best Seller, karena penuh teka teki, endingnya sangat mantap, Jawabannya tak terkira, Endingnya menyebutkan sang Bocah Bourbon ini siapa, dan benar seperti yang tertera di bagian belakan buku ini, jawabannya tidak jauh dari yang sebenarnya, mantap deh. Recommended !!

Peresensi : Yusuf Fikri

Resensi Buku Dibawah Bendera Revolusi

Dibawah Bendera Revolusi
Dibawah Bendera Revolusi

Dalam buku di bawah bendera revolusi berisi tentang sepak terjang Ir. Soekarno dari masa muda hingga mencapai jabatan nomor 1 di Indonesia. Soekarno mencoba untuk menjelaskan pemikiran-pemikiran tentang Nasionalisme, Islamisme Marxisme, Komunisme serta berbagai paham-paham yang ada di dunia dan beliau mencoba menjelaskan melalui perspektifnya sendiri.

Di dalam buku ini, beliau menekankan tentang pengaruh NASAKOM (Nasionalis-Agama-Komunis) yang ingin beliau coba terapkan di Indoneisa namun sayang paham prinsip ini tidak berhasil ia terapkan. Selain NASAKOM juga terdapat sejarah tentang MARHAENISME, di jelaskan secara lengkap dari awal pemikiran hingga penerapan.

Membaca buku ini bagaikan menyimpan catatan otentik awal perjalanan sejarah bangsa ini dan kumpulan kalimat-kalimat penting yang mengubah dunia, karena Soekarno telah merangkumnya untuk menjadi bacaan anak-anak penerus perjalanan bangsa ini.

Sejak tahun 1926 Bung Karno sudah mencita-citakan persatuan antara golongan Nasional, Islam dan Komunis, atau yang lebih dikenal dengan Nasakom. Buku tebal ini menyiratkan bagaimana sosok Sukarno sebagai pemikir besar, sebagai pendekar persatuan, sebagai garda depan pemegang komando pergerakan kemerdekaan bangsa, sebagai seorang Islam modern yang gigih menganjurkan supaya pengertian Islam disesuaikan dengan kemajuan zaman yang begitu pesatnya, sebagai realis dan humanis.

Buku ini merupakan penyegaran kembali atas kesadaran tentang apa sesungguhnya jiwa dan tujuan pergerakan kemerdekaan dimasa lampau. Dengan membaca lagi tulisan-tulisan Ir. Sukarno, kita dapat bercermin "Apakah sikap dan tindakan kita sekarang ini masih sesuai dengan jiwa pergerakan dan perjuangan dimasa lalu, yakni tujuan-tujuan yang tidak berhenti dengan tercapainya kemerdekaan Indonesia saja, tetapi harus berjalan terus menuju demi terwujudnya cita-cita masyarakat yang adil dan makmur. Ataukah justru kita telah berganti haluan menjadi semacam exponen dari kapitalisme global yang dikutuk dalam tulisan-tulisan Bung Karno?".

Buku di bawah bendera revolusi (akhir bagian buku djilid 1) terlampir salah satu tulisan Soekarno “Menjadi Guru di Masa Kebangunan”, yang unik adalah tulisan ini merupakan tulisan tangan soekarno bukan hasil cetakan dari pabrik percetakan. Soekarno dan buku Dibawah Bendera Revolusi adalah monumen sejarah yang tak terlupakan.

Dibawah Bendera Revolusi
Dibawah Bendera Revolusi

Baca berita buku Dibawah Bendera Revolusi yang dicetak kembali tahun 2004.

Resensi Buku Makin Sehat Dengan Berjilbab

Buku Makin Sehat Dengan Berjilbab
Dapat diperhatikan iklan-iklan shampo kian gencar mempromosikan cara menjadikan rambut semakin indah & menawan. Pesan iklan tersebut berupaya memengaruhi para wanita agar memiliki rambut lebih bagus, tidak berketombe, tidak rontok dan selalu berkilau. Namun apakah produk-produk tersebut betul-betul menjadi solusi untuk rambut yang sehat?, jangan terlalu cepat berkomentar sebelum membaca buku Makin Sehat Dengan Berjilbab ini.

Dalam buku Makin Sehat Dengan Berjilbab, diungkapkan bahwa tak ada satu pun dokter ahli yang menyebut jilbab sebagai penyebab ketombe atau rambut rontok. Berjilbab sesuai syariat justru membuat kepala dan rambut wanita menjadi sehat. Sehat di dunia, selamat di akhirat.

Buku Makin Sehat Dengan Berjilbab ini menjelaskan bahwa satu hal yang penting diketahui adalah bahwa sinar matahari mengandung ultraviolet. Matahari bukan hanya musuh dari kulit wajah saja, namun ia pun bisa merusak keindahan rambut.

Berjilbab ternyata melindungi kepala dan rambut dari sinar ultraviolet pada siang hari dan perlindungan dari debu yang ada di jalanan ketika kita keluar rumah. Manfaat ini sebagian di antara hikmah-hikmah berjilbab yang dibahas dalam buku praktis serta sarat manfaat ini.

Jika ada muslimah yang enggan menggunakan jilbab karena takut mengalami kerontokan rambut, hal tersebut adalah sesuatu yang harus diluruskan. Karena sesungguhnya ada banyak hal yang menjadi penyebab rambut menjadi rontok. Mulai dari stres, merokok, gizi tidak seimbang, faktor hormonal, berbagai macam penyakit sampai faktor keturunan.

Oleh sebab itu, pengobatan medis yang dilakukan pun banyak, tergantung dari penyebabnya. Para ahli mengatakan, banyak cara pengobatan alami yang bermanfaat untuk kesehatan rambut, di antaranya nutrisi seimbang.

Buku ini tak hanya berbicara tentang kesehatan rambut. Ia juga mengurai yang selama ini mungkin kurang diperhatikan oleh para muslimah dalam berjilbab. Misalnya pemakaian jilbab yang terlalu sempit sehingga tidak ada rongga untuk udara, memakai jilbab dalam kondisi rambut basah, kurang merawat kesehatan rambut, sampo yang tidak sesuai dengan jenis rambut, atau pun mengenai menu makanan yang kurang tepat dalam hal memenuhi kebutuhan rambut.

Dalam buku ini dikatakan, masalah-masalah tersebut sering disepelekan oleh sebagian muslimah, sehingga wajar jika ada di antara mereka yang berketombe dengan jilbab yang tetap melekat di kepala.
Namun, masalah-masalah tersebut sebenarnya bisa diselesaikan dengan memperhatikan tips merawat rambut dengan baik. Apa saja tips-tips tersebut? Temukan jawabannya dalam buku setebal 128 halaman ini.

Buku ini menarik. Ditulis dengan bahasa mudah dan ringan. Tetapi, di balik kelebihan yang terkandung di dalam buku ini terdapat pula kekurangan. Pada cover dan sampul belakang buku, kita bisa melihat buku ini hanya menampilkan gambar perempuan-perempuan berjilbab berwajah Arab. Tak ada wajah perempuan Asia atau gambar perempuan Indonesia di sana. Hal ini seolah membangun stigma bahwa jilbab hanya milik perempuan Arab. Padahal, jilbab bukan kebudayaan sebuah bangsa.

Oleh karena itu, jika buku ini dicetak ulang hendaknya hal ini menjadi perhatian penerbit. Apalagi Mh Hanun Siregar sebagai penulis buku adalah orang Indonesia yang lahir di Padangsidempuan, Sumatera Utara yang saat buku ini diterbitkan tercatat sebagai mahasiswa di salah satu PTN di Jakarta.

Peresensi :
Desi Sommalia Gustina (dari Riau Post)
Note: sebagian isi telah diedit seperlunya tanpa menghilangkan substansi.

Resensi Buku Dalih Pembunuhan Massal; Gerakan 30 September dan Kudeta Suhato

Resensi buku Dalih Pembunuhan Massal; Gerakan 30 September dan kudeta Suhato
Banyak sekali masalah yang menghempas buku Dalih Pembunuhan Massal karya John Roose ini, baik penerbit maupun pengarangnya. Mungkin kita harus bertanya, ada apakah dibalik itu? benarkah sejarah yang telah kita pelajari di sekolah selama bertahun-tahun dan melekat di hati itu tidaklah benar? tujuannya apa? dari pada kita menebak-nebak dan berfikiran negatif terus silahkan aja baca bukunya.

Yang namanya pelarangan penerbitan buku atau bredel sejak jaman orde lama, orde baru hingga reformasi di tanah air sebenarnya masih terus berlangsung. Hanya saja cara dan modusnya agak sedikit berbeda. Ketika era orde lama dan orde baru pemerintah langsung dengan terang-terangan melarang terbit buku yang dianggap bisa meresahkan masyarakat atau berbau SARA.

Namun pada era reformasi yang katanya “terbuka” pelarangan atau pembredelan buku toh masih banyak dijumpai. Walau aturannya agak longgar, buku memang bisa beredar, namun secara tiba-tiba buku menghilang dari rak-rak toko buku. Tentu saja kejadian ini banyak menimbulkan rumor dan spekulasi.

Yang unik adalah ternyata pemerintah sampai sekarang masih “trauma” atau sedikit “paranoid” pada setiap bentuk penerbitan buku yang berbau haluan kiri alias komunis. Apa saja yang ada nuansa komunis walau itu hanya berbentuk simbol atau gambar tak ada ampun, buku itu langsung dilarang beredar.

Kejaksaan Agung baru saja melarang peredaran 5 buah buku yang dianggap mengganggu ketertiban umum. Tentu, kontroversi pun tak terelakkan. Isu ini juga baru saja dibahas di program ‘Kick Andy’ Metro TV semalam yang bertajuk “MENGAPA MEREKA DIBUNGKAM?”.

Dari semua buku ‘terlarang’ itu, saya tertarik dengan ‘Dalih Pembunuhan Massal’ yang mengupas gerakan 30 September dari sisi analisa sejarah. Sang penulis, John Rossa, mengaku bahwa bukunya ditulis dengan metode ilmiah yang benar. Jadi, pembredelan tersebut sungguh mengejutkan.

Padahal buku ‘Dalih Pembunuhan Massal’ telah diakui sebagai salah satu buku terbaik di bidang ilmu sosial. Buku ini terpilih sebagai tiga buku terbaik di bidang ilmu-ilmu sosial dalam International Convention of Asian Scholars, Kuala Lumpur, 2007.

Uniknya, mungkin karena saking kesalnya, sang penulis kemudian memutuskan untuk membagi buku tentang G30 S ini secara gratis lewat internet.



Sumber resensi : http://www.blog.mybcshop.com_

Ingin membaca buku ‘Dalih Pembunuhan Masal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto’ karya John Rossa? Silahkan Download disini.

Resensi Buku Jurnalisme dan Politik di Indonesia karya David T. Hill

Jurnalisme dan Politik di Indonesia
Mochtar Lubis adalah ikon pers Indonesia. Keberaniannya mengritik penguasa terus menjadi buah bibir hingga kini. Karena kritikan tersebut, pemerintah acap kali merasa jengah. Buntutnya, Mochtar dijebloskan ke penjara.

Buku ini tampaknya ingin memperlihatkan bagaimana sepak terjang Mochtar Lubis di jagat pers dan kaitannya dengan dinamika politik nasional. Tidak hanya karena posisinya sebagai pemimpin Indonesia Raya yang bertiras besar dan berpengaruh, namun karena Mochtar memiliki garis moral perjuangan yang sulit digeser, yang tercermin lewat gaya jurnalistiknya.

Garis moral tersebut kira-kira, selalu kritis terhadap kecenderungan negatif penguasa seperti korupsi, penyalahgunaan wewenang, penyelewengan jabatan, serta kemerosotan moral pemangku kekuasaan.

Ketika Presiden Soekarno menikahi Hartini misalnya, Indonesia Raya jelas-jelas mengritiknya. Bahkan Mochtar terang-terangan menyerang Soekarno (Hal. 57). Soekarno pun gerah dengan "ulah" Mochtar tersebut.

Krtik keras Mochtar tak berhenti di situ, melainkan juga ketika Konferensi Asia-Afrika berlangsung pada tahun 1955. Saat itu ia mengritik panita "keramahtamahan" yang "menyediakan" perempuan untuk menyenangkan para delegasi.

Ketika Indonesia Raya berada di Orde Baru, orientasi perlawanannya tidak berubah. Meskipun pada awalnya harian ini mendukung garis kebijakan Suharto, namun ia tetap kritis. Misalnya saja kritik kasus korupsi Pertamina oleh Ibno Sutowo yang memiliki kedekatan dengan Presiden Suharto.

Namun, sikap keras Mochtar Lubis tidak selalu menuai pujian dari orang-orang yang mendukung perjuangannya. Sebaliknya, ia memperoleh kritik. Keberpihakannya membuat pemberitaannya menjadi tidak seimbang.

Pernyataan antikomunis di Indonesia Raya misalnya, selalu memperoleh ruang yang besar. Sebaliknya, pemberitaan atau statement yang mendukung komunis, selalu memperoleh porsi yang lebih sedikit.

Bahkan pada peristiwa berikutnya, Mochtar Lubis menolak penyelenggaraan Pekan Film Rusia pada tahun 1969. Soe Hok Gie mengritik hal ini. Soe Hok Gie menuduh Mochtar sebagai orang yang berpandangan sempit sekaligus seorang pelacur intelektual.

Selain itu, buku ini juga menyinggu Mochtar Lubis sebagai seorang sastrawan. Protesnya terhadap pemerintah, deskripsi sebuah situasi moral, ataupun eksplanasi kondisi saat menjalankan tugas jurnalistik, ia ungkapkan lewat karya-karya sastranya.

Ini yang membuat Mochtar Lubis menonjol sebagai sastrawan. Sejumlah pengakuan internasional ia peroleh karena karya-karya sastranya tersebut. Kepiawainnya tidak hanya teruji di bidang jurnalistik, namun juga di dunia kepengarangan.

Sebagai sebuah biografi kritis, buku ini memberikan perspektif yang lebih luas mengenai Mochtar Lubis. David T Hill tidak berpretensi memuji-muji Mochtar, namun juga memperlihatkan sisi manusiawi Mochtar. Pada buku ini Mochtar beberapa kali digambarjan sebagai sosok yang dapat juga meletupkan kebencian, kesumat, hingga kekeraskepalaan.

Info Buku:
Judul : Jurnalisme dan Politik di Indonesia
Penulis : David T Hill
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Terbit : I, Agustus 2011
Tebal : 362 halaman
Harga : Rp. 75.000

Resensi Buku Pram Melawan!

Pram Melawan! : Dari Perkara Sex, Lekra, PKI, sampai Proses Kreatif

Siapa yang tak kenal dengan Pramoedya Ananta Toer, seorang tokoh yang memang kontroversial hingga akhir hayatnya. Sosok Pramoedya sulit ditangkap secara utuh. Kecurigaan serta stigma "kiri" atau "komunis" yang melekat padanya, semakin membuat tokoh yang diwacanakan sebagai penerima hadiah Nobel untuk bidang sastra itu, terlupakan.

Padahal menjelang akhir hayatnya, sejumah karyanya mengalami cetak ulang. Di sejumlah forum, karyanya tidak pernah sepi dibicarakan dan diapresiasi. Bahkan tidak sedikit remaja mulai tergila-gila dengan karya Pramodya.

Oleh sebab itu, terbitnya buku Pram Melawan!, merupakan sebuah titik pijakan baru yang dapat mengantarkan para peminat karya Pram (demikian panggilan pendek Pramoedya), pemerhati sejarah, maupun peneliti sastra menuju pemahaman semesta Pramoedya secara lebih lengkap.

Buku Pram Melawan merupakan kumpulan sejumlah wawancara yang dilakukan oleh penyusunnya dengan Pram. Topiknya beragam, dari soal politik, sastra, kebudayaan, keluarga, sosial hingga pengalaman pribadinya ketika dibuang ke pulau Buru.

Dari sinilah pembaca dapat melihat banyak sisi lain dari Pram. Ia seakan ingin orang mengetahui duduk persoalan masa lalunya secara jernih terkait dengan kekuasaan. Ia juga ingin meluruskan siapa yang sebenanya layak disebut sebagai orang yang merampas kebebasan orang lain.

Sementara itu, untuk pihak-pihak yang berseberangan dengannya di masa lalu, Pram seakan ingin mereka melihat alasan-alasan mengapa lelaki pendukung Soekarno itu melakukan sesuatu yang dianggap keliru.

Salah satu pertanyaan yang sering mengusik tentang Pram adalah, apakah ia seorang anggota Partai Komunis Indonesia ketika itu? Ia menjawab, anggota Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) tidak otomatis menjadi anggota PKI.

Bagi Pram, Lekra adalah kiri. Namun, kiri tidak berarti komunis. Kiri adalah orang yang tertindas dan tersingkirkan. Golongan seperti inilah yang harus dibela. Merekalah yang harus dimanusiakan. Jadi, keliru jika golongan ini yang harus diperlakukan tidak adil.

Itu juga yang menjadi roh dalam realisme sosial di dalam sastra. Mereka yang tertindas harus dibebaskan, diberi kesadaran. Jadi, realisme sosial akan tetap relevan hingga kapan pun selama rakyat yang tertindas masih ada.

Hal menarik lain yang diungkapkan oleh Pram adalah permusuhan Lekra dengan Manikebu. Menurut pengakuannya, Pram memang melawan orang-orang golongan Manikebu. Alasannya, ia hanya berusaha mencegah demokrasi liberal ala Barat dan melawan orang-orang yang anti terhadap Soekarno.

Menariknya, dalam wawancara yang dilakukan, Pram selalu berbicara terbuka, tanpa tedeng aling-aling. Seluruh gelora emosi, kekesalan, serta kekecewaannya, tertumpah tanpa beban dalam buku ini.

Buku ini bagaikan sebuah medium bagi Pram untuk menunjukkan realitas dirinya. Sebuah realitas yang berkorespondensi dengan berbagai gejala yang ada di sekitarnya. Realitas ini bagi Pram bukan hanya sesuatu yang hadir dari bawah alam sadar, namun juga sesuatu yang terinternalisasi dari lingkungan.

Kita tungu saja apakah akan ada yang menjawab isi buku ini. Jika pun ada, semoga itu diletakkan dalam keranga sejarah kebudayaan dan kesenian, bukan politik yang tidak berujung.

Info Buku;
Judul : Pram Melawan! : Dari Perkara Sex, Lekra, PKI, sampai Proses Kreatif
Penyusun : P Hasudungan Sirait, dkk.
Penerbit : Nalar
Terbit : I, 2011
Halaman : xxxviii + 502 Halaman
Harga : Rp. 135.000

Resensi Buku - Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu

Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu Karya Wiwid Prasetyo
Novel berjudul Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu, bercerita tentang seorang bocah bernama Wenas, bocah miskin yang hidup dengan segala penderitaan komplit.Kehidupannya diwarnai dengan segala kepahitan semisal kelaparan, tidak ada makanan yang bisa dijadikan "ganjal" perutnya. Hampir setiap hari perutnya kesakitan, karena kelaparan. Ayahnya sudah meninggal, yang ada hanyalah ibu yang miskin, yang tentunya sangat menyayanginya, namun selalu murung karena tidak mampu menyekolahkannya.

Namun, dalam kebingungan dan keputusasaan muncul sosok Raga, anak muda berpendidikan yang selalu memberikan semangat pada Wenas. Kemauan keras dan usaha untuk dapat mengenyam pendidikan, selalu menggema di hati Wenas lewat semangat yang selalu digelorakan temannya tersebut. Dengan usaha yang kuat dari Wenas dan ibu semata wayangnya, ia dapat tersenyum untuk bisa sekolah. Kain sisa berwarna merah dan putih yang tidak terpakai, dijahit ibunya untuk dipakai seragam sekolah. Akhirnya Wenas dapat bersekolah yang merupakan keinginannya, walaupun dengan segala keterbatasan.

Namun, kisah pilu dan menyayat hati ini tidak berhenti sampai di sini, walaupun ia bisa meraih cita-cita tinggi untuk sekolah, masalah kemudian muncul bagi keluarga ini. Wenas dan ibunya seolah-olah dihadapkan pada "iblis" sekolah yang senantiasa mengganggu ketentraman hidupnya karena biaya sekolah yang sangat mahal. Sebuah lembaga yang tentu menjadi momok bagi murid seperti Wenas karena biaya yang sangat tinggi.

Sekolah Semesta yang begitu angkuh dan hidup dari kebohongan, dibangun di atas puing-puing keserakahan, semangat kapitalisme untuk mengeruk banyak uang tanpa memperhatikan unsur pendidikan. Melihat kenyataan itu, Wenas hanya bisa meneteskan air mata. Sekolah yang ia tempati membawa masalah pelik, menambah beban pikirannya.Konsentrasi Wenas tidak lagi bagaimana menjadi orang pintar di sekolah ini, tetapi mempertahankan bagaimana ia bisa bertahan di sekolah ini.

Novel ini sangat menggugah perasaan kita, tentang potret nyata keluarga miskin yang berjuang untuk bisa mendapatkan pengajaran dari negara. Entah negara tidak tahu, ataupun tidak mau tahu akan kondisi ini, yang jelas kenyataannya pendidikan, termasuk di negara kita tercinta saat ini semakin membubung tinggi dan semakin sulit terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Sekolah saat ini malahan sudah menjadi ladang komersial dan bisnis yang tidak bedanya dengan pasar, yang hanya mau menampung mereka yang memiliki modal. Hal ini tentunya senyata-nyatanya pengkhianatan negara atas rakyat yang seharusnya mampu menyediakan pendidikan murah bagi warga negaranya.

Jikalau didiamkan, hal ini akan menyebabkan krisis permanen di masa depan negeri. Sebuah negeri yang dipegang oleh bukan ahlinya (cerdas, terpelajar dan bermoral baik) akan secepatnya mengalami kehancuran, begitu pepatah Islam mengatakan. Tentunya jika yang berhak sekolah hanyalah orang kaya, apalagi dengan kolusi dan nepotisme proses masuknya, dengan cara mendepak mereka yang miskin, namun cakap dan cerdas, jelas lambat laun negeri ini akan menemui kehancurannya. Semoga  semangat dan pesan moral dan humanis yang disampaikan buku ini bisa dijadikan bahan kontemplasi dan didengar oleh para pemegang kekuasaan di negara ini. Amin

Sinopsis Novel MANGIR karya Pramoedya Ananta Toer

Latar Belakang
Latar belakang kisah Mangir karya Pramoedya Ananta Toer ini adalah keruntuhan Majapahit pada tahun 1527, akibat dari keruntuhan Majapahit, kekuasaan tak berpusat tersebar di seluruh daerah Jawa yang menyebabkan keadaan kacau balau. Perang terus terjadi untuk merebut kekuasaan tunggal, perang tersebut tentu saja menjadikan Pulau Jawa bermandikan darah. Sehingga yang muncul di Jawa adalah daerah-daerah kecil (desa) yang berbentuk Perdikan (desa yang tidak mempunyai kewajiban membayar pajak kepada pemerintah penguasa) dan menjalankan sistem demokrasi desa, dengan penguasanya yang bergelar Ki Ageng.

Adalah Ki Ageng Pamanahan menguasai Mataram dan mendirikan Kota Gede pada 1577. Kemudian Panembahan Senapati, anak Ki Ageng Pamanahan naik menjadi Raja Mataram.

Saat bersamaan muncul pula sebuah daerah Perdikan Mangir dengan pemimpinnya atau biasa disebut tua Perdikan yang bernama Ki Ageng Mangir Wanabaya seorang pemuda gagah dan berani beserta saudara angkatnya yang bernama Baru Klinting. Tak hanya berdua, Perdikan Mangir memperoleh bantuan dari beberapa orang demang yang masing-masing memiliki daerah kekuasaan pula. Demang Patalan, Demang Jodog, Demang Pandak, dan Demang Pajangan adalah  orang-orang yang setia selalu membantu Wanabaya.

Perdikan Mangir dan Wanabaya
Suatu hari Perdikan Mangir di bawah komando Wanabaya berhasil memukul mundur pasukan Mataram yang hendak menyerang dengan siasat perang Ronggeng Manggilingan. Setelah perang kecil tersebut usai, Wanabaya bersukaria dengan menari bersama wanita ronggeng keliling yang bernama Adisaroh. Adisaroh adalah seorang wanita yang sangat cantik sehingga membuat Wanabaya tak mampu melepaskan pandangannya dari Adisaroh yang lama kelamaan membuatnya jatuh hati kepadanya.

Lain halnya dengan Wanabaya, para demang dan Baru Klinting justru sibuk berdebat sengit akan tingkah laku Wanabaya yang menurut Demang Patalan dan Demang Pandak tidak sepatututnya dilakukan oleh seorang tua Perdikan. Sebaliknya Demang Jodog dan Demang Pajangan justru membenarkan apa yang dilakukan oleh Wanabaya, sementara itu Baru Klinting hanya bisa menjadi penengah antara kedua kubu yang berseteru.

Baru Klinting yang pandai bersilat lidah akhirnya memutuskan untuk menghadapkan Wanabaya beserta Adisaroh ke hadapan para demang. Mereka menuntut Wanabaya agar dapat bersikap bijak layaknya sebagai seorang tua Perdikan, bukannya malah mabuk sambil menari-nari bersama Adisaroh seusai perang. Bukan kepalang kekesalan Wanabaya, akhirnya di hadapan seluruh demang termasuk ayah Adisaroh Tumenggung Mandaraka, ia menyatakan rasa cintanya kepada Adisaroh dan hendak mempersuntingnya. Tak ada pilihan bagi Adisaroh untuk menolak begitu juga dengan para demang yang tak dapat membendung hasrat Wanabaya muda.

Tak henti sampai di situ, Baru Klinting tetap memberi wejangan dan nasihat kepada Wanabaya akan keputusan yang telah ia ambil. Dengan atau tanpa Adisaroh Wanabaya tetap harus menjadi orang yang paling setia dan cinta pada Perdikan Mangir serta tidak akan melemah pendirian. Tetap gagah berani dan terus maju melawan Mataram sebagai seorang setiawan.

Akhirnya Pambayun mengatakan yang sesungguhnya kepada Wanabaya bahwa sebenarnya dirinya adalah Putri Pambayun anak putri dari Panembahan Senapati dan Tumenggung Mandaraka tak lain adalah penasihat Mataram yaitu Ki Juru Martani. Bukan main kesalnya Wanabaya yang ternyata selama ini telah dibohongi oleh isteri tercintanya sendiri, sambil bersujud menangis Pambayun meminta maaf dan menyatakan rasa penyesalan dan bersalahnya. Apa daya wanabaya yang telah naik pitam tak kuasa menahan amarahnya dan terus menggerutu menungu kedatangan Baru Klinting yang mungkin bisa menenangkannya.

Hari kunjungan yang dinanti telah tiba, inilah saatnya wanabaya dan Pambayun beserta seluruh bala tentara Mangir menuju Mataram. Di lain pihak Panembahan Senapati, Ki Ageng Pamanahan, dan Ki Juru Martani sudah tak sabar menunggu menantunya Wanabaya menghadap. Ketika tiba di Mataram bala tentara Mangir langsung menyerbu Mataram dengan segenap kekuatan yang ada. Wanabaya dan Baru Klinting pun ikut menyerbu Mataram dan langsung menuju ruang pertemuan untuk menghujamkan kerisnya kepada Panembahan Senapati. Ketika hendak berlari menghujam kan kerisnya, Wanabaya ditikam dari belakang oleh Pangeran Purbaya yang merupakan kakak dari pambayun. Begitu juga dengan Baru Klinting, setelah menangkis serangan demi serangan akhirnya ia pun tewas oleh tikaman tombak Panembahan Senapati. Tak hanya mereka berdua, Ki Ageng Pamanahan ayah dari Panembahan Senapati pun tewas saat itu juga. Berakhirlah sudah perjalanan Perdikan Mangir di tangan Mataram, hanya tersisa Pambayun yang tengah bersedih sanbil memeluk jasad suami tercinta sang Tua Perdikan Mangir Wanabaya sambil terus berkata sendiri tanpa arti.

Berminat memiliki bukunya? silahkan Download Ebooknya DISINI.

Resensi Buku Wajah Terakhir - Antologi Cerita Pendek Mona Sylviana

Kumpulan cerita Wajah Terakhir

Dalam kumpulan cerpen Wajah Terakhir, Mona Sylviana menampilkan sebuah perlawanan dengan dengan sudut pandang marjinalisasi perempuan pada titik paling inti dan eksterm, yakni penderitaan perempuan lewat deskripsi-deskripsi yang menghenyakkan. Di sini perempuan tidak muncul sebagai sosok yang menggapai-gapai kesetaraan dengan laki-laki, namun membiarkannya tampil sebagai sosok yang menderita.

Membaca cerpen-cerpen dalam buku ini, pembaca akan ikut merasakan luka-luka yang dialami perempuan akibat marjinalisasi tersebut. Pembaca diajak untuk memberikan makna lain sebuah penderitaan. Seperti pada cerpen Mata Andin. Lewat mata seorang anak perempuan, pembaca ditarik untuk melihat penderitaan tokoh ibu tanpa meghadirkan keluhan-keluhan kemisikinan yang melankolis.

Kemiskinan seolah-olah bukan persoalan pokok oleh istri yang disia-siakan oleh suaminya, namun ia punya solusi untuk mempertahankan hidupnya, dengan menjual ginjalnya. Dalam cerpen ini, perempuan tidak digambarkan sebagai sosok yang mempertimbangkan ini-itu, namun memiliki penyelesaian konkret. Keputusan menjual ginjal tersebut ia eksekusi tidak beda dengan ketika ia menjual perabotan rumah.

Lihat juga cerpen Ba(o)rok. Dalam cerpen ini perempuan yang menjadi korban perkosaan seakan menjadi sosok yang tidak berharga di mata calon suaminya. Seakan sang calon suami adalah seseorang yang paling suci hingga memiliki hak untuk meninggalkan perempuan yang akan dinikahinya.

Tokoh Barok dalam cerpen Ba(o)rok, si pemerkosa, mencoba menghindar dari tanggung jawab. Anak hasil pemerkosaan itu mendesak sang ibu untuk meminta pertanggungjawaban dari sang ayah biologis. Namun sang ibu menolak. Si anak berinisiatif mencari Barok. Namun di ujung cerita, si anaklah yang tidur bersama Barok.

Hal lain yang unik dari cerpen-cerpen Mona adalah kejutan-kejutan yang ia sampaikan di belakang cerita. Awal cerita yang lambat karena memang tidak langsung menuju inti persolan, diakhiri dengan kejutan yang mengguncangkan.

Sebut saja pada cerpen Wajah Terakhir. Pada cerpen ini at, tokoh Maria--korban pemerkosaan etnis minoritas--berkesempatan menjadi penerjemah seorang pasien kanker stadium empat. Maria tahu, pasien itu adalah ayah dari lelaki yang pernah memerkosanya.

Kelebihan lain dari cerpen-cerpen Mona ialah penggambaran yang detil lewat pemilihan diksi yang begitu selektif. Ini membuat pembaca benar-benar terlibat dalam situasi-situasi yang digambarkannya.


Info Buku;
Judul : Wajah Terakhir
Penulis : Mona Sylviana
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : I, Agustus 2011
Tebal : 143 halaman
Harga : Rp. 35.000

Resensi Buku The White Castle karya Orhan Pamuk




The White Castle
The White Castle adalah novel historis karya peraih nobel sastra 2006 – Orhan Pamuk yang berutur mengenai jati diri, pertentangan dan persahabatan antara seorang budak Italia dengan seorang cendekiawan Ottoman di abad ke 17.

Kisah yang ditulis menurut sudut pandang pemuda Italia terpelajar sebagai narator (namanya tak pernah disebutkan hingga akhir) dalam kisah ini, diawali ketika ia sedang berlayar dari Venesia menuju Napoli. Di tengah perjalanan, kapalnya berpapasan dengan armada perompak Turki sehingga dirinya ditangkap dan dibawa ke Istanbul sebagai tawanan. Karena keahliannya dalam berbagai hal, termasuk mampu mengobati tawanan lainnya, ia mendapat perlakuan istimewa dibanding tahanan lainnya.

Kabar tentang keahliannya menyembuhkan penyakit sampai ke telinga seorang Pasha yang meminta dirinya untuk menyembuhkan sang Pasha yang sedang sakit. Si pemuda Italia berhasil menyembuhkan sang Pasha, namun ia tetap seorang tawanan dan tinggal dalam penjara.

Suatu saat si pemuda Italia kembali dipanggil ke Istana Pasha. Ia dipertemukan dengan seseorang yang biasa dipanggil oleh Pasha sebagai "Hoja" yang berarti "guru". Begitu terkejutnya si pemuda Italia karena orang yang dipangil Hoja itu sangat mirip dengan dirinya.

Karena Pasha mendapat kabar bahwa si pemuda Italia adalah seorang cendekiawan yang mahir akan berbagai ilmu pengetahuan, ia ditugasi untuk membantu Hoja mempersiapkan pertunjukan kembang api yang megah untuk perayaan pernikahan Pasha. Setelah akhirnya pertunjukkan itu sukses si pemuda Italia kembali dimasukkan kedalam sel penjara.

Beberapa hari kemudian si pemuda Italia kembali dipanggil oleh Pasha ke istananya. Pasha menawarkan pilihan hukuman mati atau kebebasan baginya asal ia bersedia menjadi seorang Muslim. Namun ia tak bersedia mengubah kepercayaannya walau harus mempertaruhkan kepalanya dihadapan algojo. Walau si pemuda Italia tetap tak bersedia menjadi seorang Mulsim, sang Pasha tak jadi menghukumnya, melainkan memberikannya pada Hoja untuk dijadikan seorang budak

Sebagai budaknya, Hoja, sang cendekiawan Ottoman yang haus akan pengetahuan Barat, memerintahkan budaknya (pemuda Italia) untuk menurunkan segala pengetahuannya padanya. Dan mulailah si budak mengajarkan semua kepandaiannya dalam hal astronomi, kedokteran, teknik dll. Hoja menguras semua pengetahuan dan pengalaman hidup si budak. Lambat laun Hoja dan budaknya melakukan penelitian bersama-sama, menemukan bersama-sama, dan mengembangkan diri bersama-sama.

Kebersamaan antara Hoja dan budaknya semakin intens, hingga akhirnya suatu pertanyaan filosofis keluar dari mulut Hoja. "Kenapa aku seperti ini?" Dari pertanyaan ini akhirnya mereka saling menulis tentang diri mereka sendiri termasuk dosa-dosa yang pernah mereka lakukan dalam hidup mereka. Dengan menulis tentang diri mereka masing-masing, mereka meyakini bahwa mereka bisa menemukan jati diri mereka yang sejati.

Dilain pihak, kepandaian Hoja dan budaknya tak luput dari perhatian Sultan. Hoja diangkat menjadi peramal Istana. Dan mereka berdua diharuskan mengarang cerita ajaib, menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan sains, astronomi, astologi, menafsirkan mimpi Sultan, memerangi wabah mematikan, hingga merancang sebuah senjata mematikan untuk menaklukan musuh. di Istana Putih.

Keterikatan antara Hoja dan budaknya semakin lekat, mereka saling berbagi kepandaian dan pengalaman hidup. Lambat laun mereka menjadi bingung akan jati diri mereka karena masing-masing memposisikan dirinya dengan ‘kembaran’ mereka hingga tertukarnya jati diri mereka. Hoja seolah menjadi si budak, si budak seolah menjadi Hoja. Puncak pertukarannya adalah ketika ternyata senjata yang mereka buat gagal menaklukan Istana Putih dan Hoja (atau si budak ?) pergi meninggalkan Turki.

The White Castle (Beyaz Kale) adalah novel hisoris yang merupakan novel ketiga Orhan Pamuk yang diterbitkan pada tahun 1985 dan merupakan karya pertama Pamuk yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Karya inilah yang menjadi awal ia bereksperimen dengan teknik postmodern, berubah total dari gaya naturalis di awal karyanya. Pada tahun 1990 novel ini diterjemahkan dengan sangat baik oleh Victoria Holbrrok sehingga banyak orang menyangka bahwa karya Pamuk ini memang aslinya ditulis dalam bahasa Inggris. Novel ini memenangi Hadiah Independen untuk Fiksi Asing pada 1990 di Inggris. Dalam edisi bahasa Indonesia, novel ini merupakan karya Pamuk kedua yang diterjemahkan oleh Penerbit Serambi, setelah sebelumnya menerbitkan My Name is Red (2006), dan kabarnya beberapa karya Pamuk lainnya termasuk yang paling anyar "Snow" kini sedang dipersiapkan untuk diterbitkan.

Seperti yang menjadi ciri khas karya-karya Pamuk, The White Castle juga masih berkisar dengan tema kegamanangan atau hilangnya identitas yang antara lain diakibatkan oleh benturan antara nilai-nilai Barat dan Timur. Hal ini tampak pada tokoh Hoja dimana Hoja tampak begitu mengagumi pengetahuan dan budaya barat hingga ingin menguras habis semua ilmu yang ada di kepala budaknya (pemuda Italia).

The White Castle memang bukan karya yang mudah untuk dicerna. Walau setting ceritanya menarik dan penokohan tokohnya kuat, namun novel yang minim dialog ini bias dibilang rumit karena sepanjang kisahnya mengupas soal kebingungan dan pertukaran jati diri antara tokoh Hoja dan budaknya. Bagi sebagian pembaca, pertukaran jati diri di sepanjang kisah yang diungkapkan secara unik ini mungkin saja menjadi bagian yang menarik, namun bagi pembaca yang kurang sabar untuk mencernanya bukan tak mungkin akan menemui kebingungan dalam memaknai novel ini.

Namun yang pasti novel ini tampaknya membuat kita melakukan perenungan diri akan makna jati diri. Secara tidak disadari kita sering ingin menjadi orang lain, terlebih orang yang kita kagumi baik secara intelektual maupun secara pribadi. Namun pertanyaannya apakah menjalani kehidupan sebagai orang lain memang bisa membuat kita bahagia ?.

Download Ebook The White Castle karya Orhan Pamuk, Disini !!

Resensi Buku The Darkness of Gatotkaca





Resensi Buku The Darkness of Gatotkaca

Sinopsis Buku The Darkness of Gatotkaca

Gatotkaca adalah seorang patriot dengan kelahiran yang luar biasa. Kesaktian bangsa dewa mempercepat proses dewasanya. Dia adalah putra kedua Raden Bima kerabat kedua Pandawa. Lahir dari ibu keturunan bangsa raksasa bernama Dewi Arimbi: seorang ibu yg hidup selama dalam kemelut rasa bersalah karna tak pernah bisa menimang dan menemani masa kecil sang Gatotkaca. Gatotkaca adalah seorang kesatria. Ia memiliki kesaktian yang luar biasa. Tak ada senjata yang mampu melukai kecuali satu tombak Konta Wijayadanu. Senjata yang memang disiapkan menembus kulit tubuhnya. Dibuat pula oleh bangsa dewa.

Gatotkaca adalah seorang pahlawan. Dia menjadi benteng bagi semua keluarga dan sesepuhnya. Dia membela tiap jengkal wilayah negaranya. Dia sangat disiplin menjaga amanah. Loyal terhadap segala apa yang dijunjungnya. Membela tiap kebenaran. Menghancurkan tiap angkara murka. Tapi Gatotkaca selalu hidup dalam kesendirian! Dia selalu memendam dan menekan tiap kecewa di dasar hatinya. Tak ada orang di sekitar yg diajak berbagi. Dia terlalu angkuh untuk bisa mengutarakan tiap perasaannya. Dia selalu menelan beban rasa bersalah dalam dirinya. Dia selalu merasa hidup sendiri di tengah kehangatan keluarganya: meaningless lonely stillness and darkness.

The Darkness of Gatotkaca.
Novel sisi gelap Gatotkaca ini disajikan dengan amat menggelora penuh kejutan ledakan emosi dan sekaligus nestapa. Membaca novel epos ini niscaya akan menghadirkan ide & inspirasi pada kita semua untuk mencoba melihat & menyelami masing-masing tokoh & karakter dalam kehidupan ini: dari keteladanan kemarahan kesendirian kecongkakan kejujuran integritas pengorbanan kebijaksanaan kebimbangan dendam kekecewaan & pencarian makna & tujuan hidup.

Resensi Buku Bioskop Jadi Majelis Taklim

Judul: Saat Bioskop Jadi Majelis Taklim
Penulis: Rohmat Haryadi
Penerbit: PT Mizan Publika, 2008
Tebal: 228 halaman.





Bioskop Jadi Majelis Taklim

Ayat-Ayat Cinta benar-benar menyihir masyarakat. Film ini suksek besar menarik penonton sehingga tidak heran bila:
  • MURI mengukuhkannya sebagai film yang banyak ditonton. Dalam sepekan saja, ada dua juta masyarakat Indonesia yang menonton. 

  • Para pejabat, mantan pejabat, politisi, beramai-ramai membuat acara nonton bareng film Ayat-Ayat Cinta. 

  • Bioskop dibanjiri ibu-ibu majelis taklim, yang mungkin saat itulah sebagian besar mereka untuk pertama kalinya mengungjungi bioskop. 

  • Kepopulerannya melintasi batas negara. Tak hanya booming di Indonesia, tapi juga di Malaysia dan Singapura. 


1 Perempuan 14 laki-laki - Djenar Maesa Ayu; Ayo kejar bukunya !!!

1 Perempuan 14 laki-laki - Djenar Maesa Ayu
Buku terbaru Djenar Maesa Ayu, 1 Perempuan 14 Laki-laki (telah) di-launching pada 14 Januari 2011 lalu, bertepatan dengan ulangtahun penulis yang juga sutradara film itu. Tapi, buku itu sendiri sudah bisa di dapat di toko buku pada: 11-1-11 (baca: tanggal selas bulan satu tahun duaribu sebelas). Sebelum buku ini, buku terakhir Djenar adalah Cerita Pendek tentang Cerita Cinta Pendek, hampir lima tahun lalu. Sudah pasti, terbitnya buku baru Djenar ini, bisa menjawab rasa penasaran pembaca yang menyukai karya-karyanya: seperti apa buku ini? Adakah yang baru atau berubah?

Satu point yang menarik adalah: dalam buku 1 Perempuan 14 Laki-laki ini, Djenar berkolaborasi dengan 14 orang laki-laki, dengan latar profesi yang beragam. Saya, kebetulan ada di antara ke 14 “laki-laki yang beruntung” itu. Eghmmm. Saya dan Djenar bisa menyelesaikan satu cerpen: Kunang-kunang dalam Bir. Cerpen ini, sempat muncul di Kompas.

Cerpen-cerpen lain ditulis Djenar bersama Enrico Soekarno (Cat Hitam Berjari Enam), Indra Herlambang (Menyeruput Kopi di Wajah Tampan), Sardono W Kusumo (Rama Raib), Totot Indrarto (Kupunyakupu), Jerinx JRX (Kulkas. Dari. Langit.), Arya Yudistira Syuman (Matahari di Klab Malam), Sudjiwo Tedjo (Rembulan Ungu Kuru Setra), Richard Oh ( Nafas dalam Balon Karet), Nugroho Sukmanto (Bukumuka), Lukman Sardi (Ra Kuadrat), Robertus Robet (Dijerat Saklar), Romo Mudji Sutrisno (Polos), Butet Kartaredjasa (Balsem Lavender). Hmm, melihat latar belakang nama-nama itu, apa yang langsung Anda bayangkan, bukan tentang Djenar-nya tentu saja, tapi tentang bukunya!

Kita kenal Lukman Sardi seorang aktor film, Jerinx JRK adalah salah satu pentolan band Superman is Dead, Sudjiwo Tedjo seniman dan intelektual serba komplit, Sardono W. Kusumo adalah penari dan koreografer tari yang banyak mempengaruhi sejarah dan pertumbuhan tari Indonesia kontemporer saat ini.

Apa kata Djenar, perihal bukunya ini, baiklah, saya bocorkan sedikit pengantar yang ditulisnya untuk buku 1 Perempuan 14 Laki-laki:

Saya selalu percaya bahwa inspirasi bukanlah sesuatu yang bisa saya datangkan, namun inspirasilah yang mendatangi saya. Maka disiplin yang saya lakukan adalah, selalu setia di depan laptop ketika sedang ada waktu senggang sehingga akan selalu siap mentransformasikan insipirasi ke dalam teks ketika ia datang. Selanjutnya, biarkan diri saya menjadi objek dan teks yang menjadi subjeknya. Biarkan teks itulah yang menjadi raja.

Hal inilah yang saya tawarkan kepada Agus Noor: Menulis tanpa konsep. Seperti yang Agus Noor sudah tulis di blognya dengan judul “Kunang-Kunang dalam Bir” –sesuai dengan judul cerpen yang akhirnya berhasil kami tulis berdua– kami akan mencoba menulis bergantian kalimat perkalimat. Begitulah kesepakatan kami sambil menikmati secangkir kopi hangat.

Sebelum malam mulai larut, dan kopi sudah berganti bir yang dengan segera berpindah ke perut, saya terinspirasi untuk menulis kalimat pertama. “Di kafe itu, ia meneguk kenangan.” Setelah itu saya menyodorkan laptop ke arah Agus Noor untuk dibaca dan dilanjutkan. Demikian seterusnya. Awal kesepakatan untuk menulis bergantian kalimat perkalimat, akhirnya kami bebaskan kepada perasaan kami saja. Apabila baik saya maupun Agus Noor masih asyik menulis lebih dari satu kalimat, tidak ada salah satu dari kami yang berusaha menghentikannya.

Jika Agus Noor mengumpamakan proses kreatif kami sebagai dua petinju yang sedang saling menukar jurus-jurus pukulan, saya lebih senang mengumpamakannya sebagai dua orang yang sedang kasmaran sehingga selalu ingin memahami dan menyenggamai masing-masing pikiran. Selalu ingin berdekatan dengan bibir yang saling berpagut pada lidah yang melulu ingin memenuhi tiap ruang kosong. Dan dalam situasi seperti itu, pikiran sepasang manusia yang kasmaran ini pun bolong. Hanya intuisi yang menggerakkan tiap indera perasa. Mereka lupa dan merdeka, karena ada faktor lain yang bekerja, yaitu rasa kasmaran atau cinta. Cinta, yang saya perumpamakan sebagai teks inilah satu-satunya subjek yang menuntun gerakan jari kami berdua ketika menulis bersama.

Kami menyelesaikan satu cerpen hingga dini hari. Walaupun saya sudah terbiasa menulis tanpa konsep, namun berhasil menulis berdua dengan cara seperti itu tetap saja membuat saya takjub. Saya pun mulai berpikir, bagaimana jika saya melakukannya bukan dengan seorang penulis? Apakah cara menulis tanpa konsep seperti itu akan berhasil juga?

Akhirnya saya menghubungi beberapa sahabat, yang dengan segera menyambut ide saya dengan hangat. Kali kedua saya menulis dengan Totot Indrarto, seorang krikitus film yang sering memanggil saya dengan sebutan monyet. Hal yang terjadi selanjutnya, tidak berbeda dengan apa yang saya lakukan dan rasakan dengan Agus Noor. Kami berhasil menyelesaikan satu cerpen dalam waktu satu hari. Saya ingat benar, kami memulainya pukul delapan malam hingga jam empat pagi. Saya pun semakin percaya diri dan selama lima hari berturut-turut menulis bergantian dengan beberapa sahabat laki-laki: Sudjiwo Tedjo, Sardono W. Kusumo, Enrico Soekarno, Indra Herlambang, dan kakak tertua saya, Arya Yudistira Syuman.

Menulis bersama yang bukan penulis bagi saya adalah sebuah pengalaman yang sangat mengesankan. Banyak medium di luar teks yang begitu menggugah perasaan. Salah satunya adalah menulis dengan Mas Sardono. Ketika Mas Sardono berbicara, ketika ia mengerjapkan matanya setiap kali mencoba mengingat satu peristiwa, ketika tangannya bergerak menirukan gaya sebuah karya tari, ketika pada akhirnya saya mengantar dari coffeewar menuju rumahnya yang juga masih berada di daerah Kemang dengan berjalan kaki, segalanya mengalir bagai sebuah tarian. Pada saat itu pun saya segera sadar, jika Mas Sardono tengah menulis dengan begitu apik lewat tubuhnya dan hal inilah yang harus segera saya tumpahkan ke dalam tulisan.

Pengalaman yang cukup unik juga saya rasakan ketika bertemu Jering, salah satu personel band Superman Is Dead, yang juga dikenal dengan inisial JRX. Tidak seperti sahabat-sahabat lain, saya belum pernah berjumpa dengan Jering sama sekali. Kami saling mengenal lewat salah satu situs pertemanan di Internet. Yang menarik saya untuk mengajaknya bekerja sama, tidak lain karena tulisan-tulisan pendeknya di situs pertemanan tersebut. Pada satu kesempatan berlibur dengan anak-anak ke Bali, Pulau Dewata tempat Jering berdomisili, saya pun menyempatkan waktu untuk menulis bersamanya. Di sebuah Diner miliknya yang riuh, kami tidak saja berusaha memahami teks yang kami saling ketik, namun lewat teks jualah kami mengawali awal persahabatan yang begitu instan. Dan cukup dua kali pertemuan yang kami butuhkan. Satu cerpen pun berhasil kami selesaikan.

Apakah semudah itu?

[Tulisan tersebut di atas merupakan  catatan, komentar ataupun review Agus Noor atas karya Djenar Maesa Ayu ini, untuk mengunjungi blog Agus Noor, silahkan kesini :: http://agusnoorfiles.wordpress.com]

Resensi 40 Days in Europe

Download ebook 40 Days in Europe karya Maulana M. Subhan
Sebuah buku yang berjudul 40 Days In Europe ini merupakan hasil karya seorang siswa lulusan SMAN 3 Bandung dan Teknik Industri ITB bernama Maulana M. Syuhada. Kini, ia melanjutkan pendidikannya di Technische Universitaet Hamburg. Buku ini merupakan buku non-fiksi, yaitu salah satu pengalaman dalam kehidupan sang pengarang. Sekilas, jika dilihat dari judul, kita mungkin mengiranya sebagai buku berjenis fiksi dan bercerita tentang petualangan dan fantasi. Namun, dugaan tersebut tidak sepenuhnya benar. Buku ini memang bercerita tentang petualangan, tetapi bukan petualangan di dunia fantasi, melainkan petualangan dalam hidup yang benar benar terjadi.

40 Days in Europe, bertema petualangan sebuah kelompok angklung mengharumkan nama Indonesia di tanah Eropa. Buku ini menceritakan mengenai 35 orang asal Indonesia yang tidak pernah menyerah dalam membawa misi Expand Sound of Angklung. Walaupun didera banyak cobaan hingga dihadapkan ke pilihan yang sulit yaitu menggelandang di Eropa ataukah berenang melewati Selat Inggris, mereka tidak pernah menyerah. Alur buku yang tidak monoton membuat kita menikmati buku ini. Dalam buku ini, tidak hanya diceritakan saat mereka sudah berada di Eropa saja. Tetapi, buku ini menceritakan sejak melayangkan surat mengenai ESA 2004 ke salah satu alumni KPA (Keluarga Paduan Angklung) yang tinggal di Hamburg meminta bantuan, lalu mulai dari mengubungi kota-kota di Eropa untuk mengadakan konser atau acara, mencari festival yang akan diikuti, mencari dana, bahkan hingga alat transportasi antar negara. Setelah itu semua, baru diceritakan sejak mereka tiba di Eropa, mulai dari hari pertama hingga hari ke empat puluh. Latar dalam buku ini antara lain hari-hari ketika masih di Bandung dan hari-hari ketika sudah berada di Eropa. Latar tempatnya yaitu berbagai negara dan kota di Eropa.

Buku ini, tidak hanya sekedar sebuah buku yang berisi tulisan-tulisan. Tetapi, buku ini juga mengajarkan hal-hal tentang hidup ini. Begitu banyak pelajaran dan hikmah yang bisa diambil dari buku ini, seperti mengajarkan kita bagaimana harus sabar dalam melewati liku-liku hidup, mempersiapkan segalanya dengan matang, kekompakan dan kebersamaan yang erat dalam sebuah kelompok, mengambil keputusan di saat yang genting, dan banyak lagi pelajaran lainnya yang dapat kita ambil dari buku ini.

Setiap buku tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk beberapa kelebihan buku ini sudah disebutkan di atas seperti alur yang tidak monoton dan pelajaran yang begitu banyak dapat diambil. Kelebihan lainnya antara lain disertakannya beberapa foto dokumentasi ketika berada di Eropa sehingga semakin menarik saja. Gaya bahasa yang digunakan di buku ini juga sesuai dengan gaya bahasa kita sehingga mudah dimengerti. Salah satu hal yang saya senangi dari buku ini adalah, buku ini ketika sudah memasuki bagian di Eropa, dituliskan menurut hari dan negaranya. Misalnya, hari pertama di Frankfurt, nah begitu hari kedua, langsung ganti lagi, sehingga tidak monoton.

Namun, setiap buku pasti memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan buku ini adalah, bagian awal, ada bagian yang agak membosankan seperti email yang tidak terlalu penting yang dicantumkan ataupun percakapan di yahoo messenger yang agak membosankan. Namun, secara keseluruhan buku ini sudah sangat baik. Apalagi ditambah dengan penggantian buku dengan hadiah apabila buku ini ada cacat.

Kepengarangan buku ini, gaya bahasa yang digunakan tidak rumit dan mudah dimengerti sehingga sesuai untuk umur remaja ataupun yang lebih tua. Kesimpulan, buku ini sangat menarik untuk dibaca dan begitu banyak pelajaran mengenai hidup yang dapat diambil dari buku ini. Tidak lupa, dengan membaca buku ini, kita akan semakin bangga dengan Indonesia kita ini karena angklung yang hanya dari sebuah bambu dapat menaklukan hati para warga Eropa.


Informasi Buku
Judul : 40 Days In Europe, Kisah Kelompok Musik Indonesia Menaklukan Daratan Eropa
Nama pengarang : Maulana M. Syuhada
Penerbit : PT. Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2007
Cetakan : Kedua
Harga : Rp 55.000,00

untuk mendownload ebooknya, silahkan klik disini
sumber resensi: _http://arindablog.wordpress.com/

Surat Kecil untuk Tuhan - Resensi Novel

Novel Surat Kecil untuk Tuhan
Kisah Nyata Gadis Berusia 13 Tahun Bertahan Hidup Dari Kanker Ganas Paling Mematikan Di Dunia
Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.
Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku,
Terjadi pada orang lain

Cuplikan di atas adalah sepenggal bait dari tulisan Keke, seorang penderita kanker ganas yang menyerang bagian wajah, Rabdomiosarkoma atau kanker jaringan lunak pertama di Indonesia. Keke atau Gita Sesa Wanda Cantika adalah seorang gadis remaja berusia 13 tahun ketika divonis memiliki penyakit kanker mematikan tersebut yang dapat membunuhnya dalam waktu 5 hari. Kanker jaringan lunak itu menggerogoti bagian wajahnya sehingga terlihat buruk menjadi seperti monster. Walau dalam keadaan sulit, Keke terus berjuang untuk tetap hidup dan tetap bersekolah layaknya gadis normal lainnya.

Mendengar vonis tersebut, sang Ayah, Joddy Tri Aprianto tidak menyerah. Ia terus berjuang agar sang putri kesayangannya itu dapat terlepas dari vonis kematiannya. Perjuangan sang ayah dalam menyelamatkan putrinya tersebut begitu mengharukan.

Perjuangan panjang Keke dalam melawan kanker ternyata membuahkan hasil. Kebesaran Tuhan membuatnya dapat bersama dengan keluarga serta sahabat yang ia cintai lebih lama. Keberhasilan Dokter Indonesia dalam menyembuhkan kasus kanker yang baru pertama kali terjadi di Indonesia ini menjadi prestasi yang membanggakan sekaligus membuat semua dokter di dunia bertanya-tanya.

Namun kanker itu kembali setelah sebuah pesta kebahagiaan sesaat. Keke sadar jika nafasnya di dunia ini semakin sempit. Ia tidak marah pada Tuhan, ia justru bersyukur mendapatkan sebuah kesempatan untuk bernafas lebih lama dari vonis 5 hari bertahan hingga 3 tahun lamanya, walau pada akhirnya ia harus menyerah. Dokter pun akhirnya menyerah terhadap kankernya. Di nafasnya terakhir itulah ia menuliskan sebuah surat kecil untuk Tuhan. Surat yang penuh dengan kebesaran hati remaja Indonesia yang berharap tidak ada lagi air mata di dunia ini terjadi padanya, terjadi pada siapapun.

Hingga pada tanggal 25 Desember 2006, Keke menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 11 malam. Tepat setelah ia menjalankan ibadah puasa dan idul fitri terakhir bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya. Namun kisahnya menjadi abadi. Ribuan air mata berjatuhan ketika biografi pertamanya ini dikeluarkan secara online. Pesan Keke terhadap dunia berhasil menyadarkan bahwa segala cobaan yang diberikan Tuhan adalah sebuah keharusan yang harus dijalankan dengan rasa syukur dan beriman.

Kisah perjuangan Keke ini pun sempat diulas dalam acara Kick Andy di Metro TV. Sebelumnya buku ini diterbitkan secara online oleh penulis, Agnes Davonar dan dibaca lebih dari 350.000 pengunjung. Namun, karena banyaknya pembaca yang terinspirasi oleh kisah ini, akhirnya buku ini dicetak secara luas dan terjual lebih dari 30.000 exemplar dalam waktu dua bulan dan telah diterbitkan pula di Taiwan dengan mencetak sukses yang sama.

Kisah Keke yang telah memasuki cetakan ketujuh ini pun akhirnya menginspirasi Skylar Pictures untuk mewujudkan pesan dan perjuanganya tersebut kepada dunia lewat layar lebar. Kita tunggu saja kemunculannya di bulan Februari 2011. Salam inspirasi.

Informasi Buku
Judul : Surat Kecil Untuk Tuhan
Penerbit : Inandra Publisher
Penulis : Agnes Davonar
Kategori : True Story
Cetakan : ke-8
Tebal : x + 232 Halaman

Download ebook ini DISINI [Jangan lewatkan]